Banyak orang
memilih diam karena cari aman dalam pekerjaan.
Mereka takut dengan pengalaman diri sendiri atau orang lain, terkena susah akibat memberikan satu
pendapat, usulan atau kritik.
Mereka
membiarkan hal yang tidak benar,
boros, berpotensi kecelakaan, dan
sebagainya terus berlangsung. Karena
nanti bisa ‘kena batunya” kalau bicara, maka lebih baik diam saja.
Jadi manusia “YES MAN”, asal bapak/ibu senang, pasif dan terserah.
Sering
terdengar keluhan seperti ini, “Maksud saya kan baik, malah dimarahin”. “Kapok deh memberi usul, malah jadi repot
sendiri” dan sebagainya
Bagaimana
masa depan perusahaan jika mentalitas karyawan seperti itu? Sebagai pribadi, banyak orang yang akhirnya menyusut dan makin
kerdil kapasitas dirinya karena terlalu diam pasif.
Berikut hal
yang perlu diperhatikan ketika kita menyampaikan satu pendapat, usulan atau
kritik :
1. Motivasi Benar
Pastikan
bahwa motivasi kita adalah benar. Demi
kebaikan, bukan untuk menjatuhkan orang lain.
Tidak untuk cari muka atau manipulasi.
Fokus pada apa, bukan siapa.
Contoh
: Menyampaikan kritik untuk bagian
produksi, bukan untuk meningkatkan
kualitas tapi supaya manager produksi dicopot.
2. Fakta dan data
Sesuatu yang
berdasarkan fakta dan didukung data.
Jangan hoaks atau asumsi semata.
Jika ada teori, cari referensi yang mendukung hal tersebut.
Contoh
: Usulkan kepada atasan untuk ganti AC
ruang server karena panas. Ketika
ditanya suhu berapa? Jawab belum diukur,
hanya berdasarkan perasaan saja.
3. Cara Yang Tepat
Sampaikan
dengan cara yang tepat, sopan, jelas dan
terstuktur. 5 W + H. Ada hal yang cocok disampaikan lisan, atau yang via WA pribadi, WA Group, dan
seterusnya. Sesuaikan dengan konteks
hal yang disampaikan.
Contoh
: Seorang menyampaikan info masalah di
mesin produksi di sebuah meeting yang di hadiri oleh customer. Akhirnya dia ditegur oleh direksi. Kenapa tidak di internal saja dulu?
4. Waktu Yang Pas
Cari waktu
yang pas untuk menyampaikan.
Contoh
: Mengajukan usulan perbaikan yang butuh
budget besar, pada saat atasan baru pulang dari meeting direksi untuk potong
budget karena Covid-19. Usulan dia
ditanggapi dengan sinis lalu dia sakit hati.
Setidaknya
kita sudah memperhatikan empat hal tersebut.
Bahwa kemudian masih ditolak, atau membuat kita ditegur, dimarahi atau
tidak disukai, itu adalah hal lain
diluar kendali. Hidup itu ada risiko,
dan teruslah bergerak maju.
Lebih
baik bermasalah karena bertindak daripada
pasif atau penakut. Kita juga terbuka
dengan masukan dan akibat dari apapun yang kita lakukan / sampaikan. Jangan jadi manusia yang cengeng dan sering
menyesali apa yang sudah terjadi.
Jika ada hal
yang salah, itu normal. Setiap kita belajar dari pengalaman. Hal yang kita anggap sudah pas 5 tahun
lalu, jika kita evaluasi sekarang baru
sadar itu kurang tepat. Kita belajar
dari pengalaman baik diri sendiri atau orang lain.
Salam sehat
dan bertumbuh,
Ulbrits
Siahaan
Pendiri
& Pembina Yayasan Auxano Indonesia Muda
Bagikan:
Harap Login terlebih dahulu untuk memberikan komentar