Generasi stroberi adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan fenomena anak muda pintar, kreatif, banyak ide tapi mudah hancur ketika mendapat tekanan. Cenderung tidak mau kerja keras, berkeringat, kotor dan yang proses yang lama. Terutama untuk anak yang dibesarkan dalam situasi yang sudah terlindungi atau tersedia segala sesuatu oleh orang tua. Mereka seperti stroberi yang dibesarkan dalam rumah kaca.
Di pekerjaan, mudah mengundurkan diri hanya karena atasan galak atau pekerjaan terlalu banyak. Memilih menganggur di rumah dan meminta uang pada orang tua daripada kerja yang tidak sesuai selera atau kemauannya. Usaha mau dimodali orang tua dan langsung mau besar tanpa proses merintis dari bawah.
Gigih dan konsisten menjadi salah satu masalah anak muda di Indonesia sekarang. Para pimpinan di berbagai perusahaan banyak mengeluh tentang hal tersebut. Termasuk guru atau dosen terkait murid dan mahasiswa.
Gigih artinya ulet dan kerja keras mencapai suatu target atau tujuan. Konsisten adalah tekun, tetap dan sabar.
Dalam rangka ulang tahun ke – 3 Yayasan Auxano Indonesia Muda, akan menyelenggarakan acara spesial berupa talkshow dengan narasumber Ibu Anne Avantie dengan topik Gigih & Konsisten.
Ibu Anne Avantie, adalah seorang perancang busana dan pelopor kebaya kontemporer yang hasil karyanya telah dikenal di skala internasional dan sering dipakai oleh para model dan selebriti bahkan ratu kecantikan yang pernah datang ke Indonesia.
Lulus sekolah hanya sampai SMP. Beliau berjuang dari bawah untuk dengan segala tantangan dan kesulitannya. Jatuh bangun sampai akhirnya menghasilkan banyak karya hingga saat ini.
Auxano ingin inspirasi dari Ibu Anne Avantie menjadi bekal bagi banyak anak muda Indonesia dan termasuk para orang tua untuk bagaimana gigih dan konsisten dalam kehidupan.
Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional.
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan lagi sekadar cerita fiksi ilmiah. Hari ini, AI hadir di genggaman kita: dari fitur kamera ponsel yang pintar mengenali wajah, aplikasi yang bisa menerjemahkan bahasa dalam hitungan detik, sampai robot chat yang bisa menjadi partner belajar, kerja, bahkan usaha. Pertanyaannya: bagaimana anak muda bisa benar-benar memanfaatkan AI, bukan sekadar jadi penonton atau malah jadi korban AI?
Banyak anak muda di masa kini yang merasa galau dalam menentukan arah hidu. Terjebak antara mengejar passion, mencari kestabilan finansial, dan memenuhi ekspektasi sosial. Tidak sedikit yang cepat bosan, sering berganti pekerjaan, atau merasa hampa meskipun berhasil meraih prestasi.
Dunia kerja, bisnis, dan kehidupan hari ini penuh dengan ketidakpastian, mulai dari gejolak ekonomi, perkembangan teknologi & AI yang begitu cepat, termasuk dampak dari sosial, politik, dll. Banyak orang (termasuk anak muda) takut dan tidak siap menghadapi situasi seperti ini.
Di era digital ini, HP bukan lagi sekadar alat komunikasi, tetapi bisa menjadi alat menghasilkan foto menarik untuk berbagai keperluan. Ada yang foto produk untuk dijual. Untuk menawarkan jasa atau servis. Bisa juga untuk alat bantu mengajar atau edukasi. Termasuk untuk membangun personal branding, dan mempercantik konten media sosial.