Sebuah perusahaan memberikan bonus dan tunjangan baru kepada karyawan, namun malah menjadi kontra produktif. Terjadi keresahan di banyak orang. Ada cemburu antar bagian, karyawan merasa diperlakukan tidak adil, dll. Pelaksanaan hal baru tanpa analisa yang lengkap malah menimbulkan persoalan baru.
Perubahan kebijakan dan kegiatan di berbagai organisasi yang diniatkan untuk perbaikan malah menjadi bumerang. Orang-orang yang merasa terabaikan menjadi pasif bahkan mengundurkan diri.
Bagaimana melakukan pendekatan / metoda dalam memahami dan memecahkan masalah yang kompleks? Supaya jangan menyelesaikan satu masalah tapi membuat masalah lain. Termasuk bisa berjalan untuk jangka panjang dan berkesinambungan.
Tahun 2024 akan berakhir. Banyak perusahaan yang sudah melakukan evaluasi dan sekaligus rencana 2025. Perlu refleksi yang mendalam untuk memahami apa yang sudah dikerjakan dan hasilnya apakah kesuksesan atau kegagalan. Apa pembelajasan dan yang perlu diperbaiki? Termasuk juga bagaimana menyelaraskan untuk penyusunan rencana 2025. Prinsip ini sebenarnya berlaku tidak hanya untuk perusahaan, tetapi juga organisasi (komunitas), keluarga dan pribadi.
Data adalah salah satu aset paling berharga dalam dunia modern, baik sebagai pribadi, pekerja, pengusaha dan semua profesi. Di era digital ini, kemampuan untuk memahami dan mengolah data menjadi pengetahuan yang berharga sangat dibutuhkan.
Setiap kita berhadapan dengan berbagai perubahan, di pekerjaan, pendidikan, organisasi dan kehidupan pribadi. Dibutuhkan kemampuan beradaptasi, untuk meghadapi tantangan dan menemukan solusi.
Ada orang yang bisa menyampaikan dan menjelaskan sesuatu yang rumit dengan sederhana. Orang mudah mengerti dan memberikan respon atau tindakan sesuai yang diharapkan. Namun sebaliknya, ada orang yang malah segala sesuatunya dibuatnya terlihat rumit atau ruwet.
Banyak anak muda di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental, dari yang ringan sampai berat oleh berbagai sebab. Masa remaja dan awal dewasa adalah periode krusial dalam pembentukan identitas, hubungan sosial, dan karier. Stres akibat tekanan akademis, tuntutan sosial, dan perubahan emosional sering kali membuat mereka rentan terhadap masalah seperti kecemasan, depresi, dan burnout.